Rahmatullah Print
Monday, 06 August 2012 15:20

Jakarta - Satu per seratus rahmat dibagikan untuk semua umat manusia di muka bumi ini. Semua kasih sayang antar makhluk merupakan bagian dari satu per seratus tersebut. Bila terdapat seorang anak yang dirahmati Allah maka akan menjadi qurrota a’yun (penyejuk mata) bagi orang tuanya. Sebaliknya, anak yang tidak dirahmati Allah SWT, sulit menjadi qurrota a‘yun.

Maka ketika dalam jalan ikhtiar, misalnya, jangan fokus pada rejeki yang dijemput, tapi lebih fokuslah pada rahmat Allah, sehingga harta kita akan dijaga Allah SWT. Manakala dirahmati Allah SWT, ia pun akan menjadi orang yang welas asih. Memang, dalam dunia ini beberapa hal yang harus kita berhati-hati terhadapnya yaitu harta. Karena harta ternyata bukan sumber kabahagiaan.


Untuk mendapatkan rahmat Allah, di antaranya rutinlah untuk memanjatkan doa untuk mendapatkan rahmat Allah sebagaimana dalam QS Al- kahfi: 10 yang artinya :

"Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi- Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami."

Dalam hadits riwayat Imam Muslim disebutkan, bahwa salah satu turunnya rahmat Allah SWT yaitu tempat berkumpulnya orang yang membaca dan mempelajari kitab-Nya yaitu majelis dzikir atau majelis ilmu.

Orang yang mendapat rahmat Allah SWT akan tenang dan siap dalam menghadapi berbagai episode kehidupannya, mantap, jelas, berserah diri terus hanya kepada-Nya, dan menebar kebaikan, sabar, tenang dan tawadlu. Sebaliknya, orang yang tidak mendapat rahmat Allah SWT maka hidupnya akan penuh dengan emosional, mudah marah, gampang tersinggung.

Manakala kita menyebarkan rahmatan lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam), itulah keadaan yang paling tinggi. Kalau ingin mendapatkan rahmat Allah SWT, maka sebarkanlah kepada:

1. Orang tua, merupakan yang paling berhak menerima rahmat kita, terutama bakti dan doa-doa kita. Minimal sehabis sholat kita doakan mereka.

2. Keluarga, yaitu anak-anak dan pasangan hidup kita. Bila dipikirkan, sebetulnya antara anak dengan orang tua akan lebih banyak dosa orang tua daripada anak. Bagi seorang anak, ia akan melihat, mendengar dan meniru perilaku orang tuanya, sehingga perilaku orang tua akan lebih masuk ke dalam hidup anak. Kalau ingin dekat dengan anak, bertaubatlah terus menerus supaya bisa menyentuh hati si anak. Tidak dengan kekayaan bisa meraih hati anak, yang terpenting adalah menyentuh hatinya. Sedangkan yang memiliki hati anak adalah Allah SWT, sehingga dekat dengan Allah SWT akan mendekatkan kita dengan hati anak. Namun, anak-anak jangan terlalu dispesialkan biarkan dia terlatih. Karena nanti akan menjadi anak yang tergantung kepada makhluk.

2. Saudara. Bersedekah pada saudara bisa bernilai dua pahalanya. Satu bernilai sedekah, dan satu lagi menyambungkan tali silaturahmi.

3. Anak-anak yatim. Ladang amal ketika kita menyayangi anak yatim ataupun piatu, tapi harus hati-hati, karena ada yang mendagangkannya demi untuk kepentingan duniawi.

4. Orang yang sakit dan ditimpa musibah

Kalau mau memberi langsung, berikan jangan merasa berat ketika ada yang membutuhkan pertolongan kita. Namun, jangan memanfaatkan penderitaan orang lain untuk kepentingan dirinya. Dalam salah satu hadits disebutkan: "Barangsiapa yang menjenguk orang sakit maka diasenantiasa bagaikan di taman-taman surga hingga dia kembali" (HR Muslim).

5. Khodimat/pembantu rumah tangga

Sebarkan kasih sayang di antaranya, ketika menyuruh etikanya bisa menggunakan tiga kata berikut untuk menghormatinya, yaitu “tolong, maaf dan terima kasih”. Tidak usah membalas kekurangan dengan keburukan, tapi balaslah dengan kebaikan semata.

Ampunan Allah lebih dekat daripada azab dan siksanya. Begitupun rahmat Allah SWT, dapat kita rasakan walaupun tidak terlihat secara langsung.

*Pimpinan Ponpest Daarut Tauhiid
Pendiri & Pembina DPU Daarut Tauhiid