Segenap Keluarga Besar STAI-PIQ Sumatera Barat Mengucapkan Selamat Hari Raya Iedul Fithri 1437 H, Mohon Maaf Lahir Batin تقبل الله منا ومنكم وجعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين كل عام وانتم بخير
Konsep Syukur PDF Print E-mail
Written by agsmtw   
Wednesday, 18 July 2012 12:55
Drs. Muslikhun Solechan

Sifat syukur dalam kehidupan seseorang sangatlah penting karena hidup dengan mengedepankan sifat “syukur”, akan melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam hidupnya, dan dapat membentuk SDM yang arif dan bijaksana dan menjadi syifa ul-linnas, yang kekuatan itu tidak mesti dimiliki oleh benda-benda lain, sebut saja makan-makanan, dan minuman apapun yang kita konsumsi.

Karena sifat “syukur” ini hanya lahir dari hati nurani dan kesadaran seseorang yang sudah terbentuk sejak dini dan biasa merealisasikan dalam tradisi yang baik kapan dan dimana pun berada. Dan sifat “syukur” ini dapat memotivasi seseorang dalam memperoleh keberhasilan baik di dunia maupun di akhirat (insya Allah). Mengapa? Sebab dengan mengedepankan sifat “syukur”, seseorang akan punya sportivitas, profesionalitas yang proporsional yang pada akhirnya akan melahirkan sifat solidaritas/kesetiakawanan amal shalih dan akhlak yang mulia. Jika kita mencontoh Nabi Muhammad saw sudah sangat jelas bahwa beliau selalu mengedepankan sifat “syukur”. Yang lebih hebat lagi sifat “syukur” dapat menjadi obat seseorang (syifau linnas) bagi kehidupan seseorang. Misalnya, dapat mengurangi stress atau melamun yang berkepanjangan yang berakibat stroke dan bisa berdampak pada kematian (jika Allah menghendakinya). Seseorang yang memiliki sifat “syukur”, dalam hidupnya tidak mempunyai banyak beban, di antaranya beban suka melamun memikirkan hal-hal yang telah dikerjakan, beban yang berdampak mengarah ke stress dan yang berbuntut stroke dan akhirnya mati (sekali lagi jika Allah menghendaki).
 
Sesungguhnya makhluk Allah yang ada di dunia ini sedikit yang senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. Sebagai ilustrasinya adalah pada suatu ketika ada mahasiswa akan wisuda dan beberapa minggu yang akan datang anak tersebut pulang ke rumah tempat tinggal ingin bertemu dengan keluarganya sambil menunggu saat-saat yang menyenangkan pada saat perjalanan dari kampus/tempat kosnya.

Karena orangtuanya orang yang berkecukupan ekonominya, dalam sebuah perjalanan pulang melihat sebuah mobil yang bagus di sebuah show room kemudianmahasiswa itu muncul keinginan dibenaknya karena saya akan diwisuda saya akan minta hadiah dari orangtuaku berupa mobil bagus. Mobil itu terbayang-bayang dalam pikirannya sambil mengucap seandainya saya bisa naik mobil tersebut setelah wisuda rasanya saya senang dan bahagia. Setelah sampai di rumah yang saya lihat tadi saya kemukakan kepada kedua orangtuanya dengan ucapan, “Bapak saya kan sebentar lagi akan diwisuda kira-kira bapak akan memberi saya hadiah apa pak?” jawab seorang bapak; “Wahai anakku kira-kira apa yang kamu minta terkait pertanyaanmu itu?” begini bapak saya tadi dalam perjalanan dari kampus/kos-kosan ke rumah saya melihat mobil bagus di sebuah show room, saya mengharap dengan sangat bapak bisa memberikan hadiah tersebut untuk saya setelah selesai diwisuda.” Setelah selesai wisuda beberapa hari kemudian bapaknya memanggil, “Wahai anakku pada hari ini bapak akan memberikan permintaan atau hadiah yang kamu minta, lalu diterimanya hadiah tersebut dan dibukanya dengan senang lalu membukanya. Setelah dibuka ternyata dilihat isinya hanyalah kitab suci Al-Qur’an. Setelah itu diletakkanlah kitab suci Al-Qur’an tersebut di atas meja yang ada di depannya. Dengan bergegas meninggalkan rumah tinggalnya pergi jauh tidak pamit dan tidak mengucapkan terima kasih atas hadiahnya sampai 20 tahun lamanya.

Setelah 20 tahun lamanya, anak tersebut sudah bekerja dan memiliki istri sampai punya anak umur 1 tahun dan 6 tahun. Pada suatu ketika anak tersebut bermimpi dalam tidurnya bertemu dengan bapaknya lalu bercerita dengan anak dan isteri bahwa tadi malam bapak bermimpi bertemu dengan orangtuanya yang pada 20 tahun lamanya saya pergi meninggalkannya, lalu isteri dan anknya menyarankan dengan bahasa “Bapak sebaiknya kita tengok orang tuamu yang sudah 20 tahun tidak ketemu.” Kemudian mengoklah bersama-sama anak, isteri dan bapaknya. Setelah sampai di rumahnya dengan mengucapkan salam dan mengetuk pintu, maka dibukalah pintu tersebut, tetapi yang menemui hanyalah ibu tercinta. Kemudian duduk sambil bercerita tentang mimpi beberapa hari lalu, sambil bertanya: “Ibu dimana bapakku?” Ibunya menjawab, “Nak bapakmu sudah meninggal! 3 tahun yang lalu. Hari berikutnya ketika suasana sudah agak tenang anak itu membantu ibu tercinta membersihkan rumah. Saat membersihkan lemari milik orangtuanya menemukan sebuah bingkisan. Ternyata itu adalah hadiah dari bapak yang diberikan kepada anaknya 20 tahun yang lalu disimpan oleh ibunya atas wasiat dari bapak. Dibukalah kembali bingkisan tersebut ternyata isinya Al-Qur’an lalu dibuka-bukalah kitab suci Al-Qur’an tersebut, ternyata di tengah-tengah Al-Qur’an tersebut ada lembaran yang ternyata cek lunas pembelian mobil sudah enam belas tahun yang lalu. Kemudian sambil menangis dan melihat cek dan membuka-buka Al-Qur’an sambil mengatakan “Aku menyesal, aku menyesal.”

Pengertian syukur adalah memuji pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Aplikasi syukur adalah mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat dan bersyukur kepada Allah Swt. Kemudian seseorang dikatakan bersyukur apabila mencakup tiga hal yaitu; hati, lisan, dan anggota badan. Fungsi hati adalah untuk ma’rifatullah dan mahabbatullah. Fungsi lisan adalah untuk mememuja dan menyebut nama Allah. Dan fungsi anggota badan untuk menggunakan nikmat yang diterima sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan menahan diri dari maksiat kepada-Nya.

Tiga Dimensi Syukur

Seseorang muslim yang telah memperoleh rizki ada beberapa dimensi yang perlu diperhatikan dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, yait:

1. Mengetahui dan mengakui bahwa semua kekayaan yang didapatkannya adalah karunia dari Allah Swt bahwa usaha yang dilakukan hanyalah sebab atau ikhtiar semata.
2. Mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk puji-pujian seperti al-hamdulillah, asy-syukrulillah atau ucapan lainnya yang mempunyai arti sepadan.
3. Membuktikan rasa syukurnya itu dengan amal perbuatan yang nyata yaitu memanfaatkan harta kekayaan itu pada jalan yang diridhai oleh Allah Swt, baik untuk keperluannya sendiri maupun untuk keperluan keluarga, umat atau untuk fi sabilillah lainnya.

Ada sbuah dialog menarik antara seorang laki-laki dengan Abu Hazm:

“Apa syukurnya kedua mata?”

“Apabila engkau melihat sesuatu yang baik, engkau menceritakannya. Tetapi apabila engkau melihat keburukan, engkau menutupinya.”

“Bagaimana syukurnya telinga?”

“Jika engkau mendengar sesuatu yang baik, peliharalah. Manakala mendnegar sesuatu yang buruk, cegahlah!

“Bagaimana syukurnya tangan?”

“Jangan mengambil sesuatu yang bukan milikmu, dan janganlah engkau menolak hak Allah yang ada pada kedua tanganmu.”

“Bagaimana syukurnya perut?”

“Bawahnya berisi makanan, sedang atasnya penuh dengan ilmu.”

“Sykurnya kemaluan?”

Abu Hazm menjawabnya dengan membaca Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-7.

“Bagaimana syukurnya kaki?”

“Jika engkau mengetahui seorang shalih yang mati dan engkau bercita-cita dan berharap seperti dia, dimana dia melangkahkan kakinya untuk taat dan beramal shalih semata, maka contohlah dia. Dan apabila engkau melihat seorang mati yang engkau membencinya, maka bencilah amalnya. Maka engkau menjadi orang yang bersyukur.”

Abu Hazm menutup jawabannya, “Orang yang bersyukur dengan lisannya saja tanpa dibuktikan dengan amal perbuatan dan sikap, maka ia ibarat seorang punya pakaian, lalu ia pegang ujungnya saja, tidak ia pakai. Maka sia-sialah pakaian tersebut.”

Keutamaan bersyukur:

1. Allah akan ingat kepada orang yang senantiasa bersyukur.
2. Akan terminimalisir dari sifat-sifat ingkar kepada Allah Swt.
Last Updated on Friday, 27 July 2012 11:15